Medical Training di Taiwan part 5 (Closing Ceremony, Menyesal, Shopping) ~ Aisyah Helmadevi

Lanjutan dari PART 1 , PART 2 , PART 3 , PART 4

Sampailah di hari terakhir training. Jadwal pagi ini ada Closing Ceremony yang bakal diadain di city hall Taichung dan kita semua wajib pakai baju formal seperti jas gitu.

Nggak semua ikut closing ceremony, karena beberapa anak Indonesia bakal balik pulang pagi ini juga. Jadi sejak pagi di kamarku udah pada siap-siap untuk ke bandara, sedih sih. Beberapa hari sebelumnya, Antik udah ngusahain untuk mudurin jadwal pulang, telpon pihak maskapai tapi ternyata harus bayar uang sejumlah harga tiket, yah batal extend. Saking pagi nya mesti berangkat, mereka nggak sempat sarapan dulu. Antik pamitan ke roommate dan ninggalin mereka beberapa oleh-oleh dari Indonesia. Setelah itu aku nganter Antik ke lobby, mereka naik bus, aku lanjut ke ruang sarapan.

Di ruang sarapan, aku ketemu mbak Widiya dan mas Ricky, kita ngerencanain untuk jalan cari oleh-oleh setelah closing ceremony. Tapi mereka nggak bisa lama-lama karena sore nya sudah punya tiket kereta untuk liburan ke kota selanjutnya yaitu Taipei. Mereka ikutan private tour ke Taipei dari panitia, sedangkan aku dan Salsa nggak ikutan, kita lebih memilih untuk extend di Taichung. yang mana keputusan ini agak di sesali.

Setelah sarapan, aku balik ke kamar dan beresin koper terus pamitan sama roommate, ke lobby balikin kartu dan aku balik urus-urus kamar untuk extend. Kamar extend ini aku booking sendiri dan udah lunas (nggak lewat panitia), jauh hari sebelum dateng ke Taiwan. Sekarang udah serba instan ya, jadi apa-apa gampang. Karena waktu check in masih lama, aku dan Salsa titip koper ke resepsionis. Lalu langsung naik bus khusus, ke venue closing ceremony di city hall. Venue nya nggak terlalu jauh, dan bentuk nya seperti kompleks dengan taman dengan banyak banget ornament lucu-lucu, dan ada museum nya juga.

Acara closing ceremony nggak berlangsung lama, isi nya kurang lebih sama seperti acara formal lain nya. Di akhir acara ada pembagian sertifikat, IFMSA t-shirt (yang arrtinya kita resmi jadi bagian dari IFMSA) dan maju ke stage. Setelah itu foto bersama, dan ada pembagian merchandise untuk lucky winners yang dipilih secara acak. Kelar acara, panitia nyediain free foto pakai polaroid (berkali-kali boleh lho haha) dan free snacks untuk dibawa sebagai oleh-oleh.

Selesai dari closing ceremony, aku dan mas Reza ikutan jalan bareng kelas nya Salsa, ah ya ada trainers mereka juga yaitu Manal dan Yasser, dokter-dokter dari timur tengah. Sambil nunggu semua pada kumpul, aku dan mas Reza masuk ke museum di seberang venue kita. Free entry jadi dimanfaatkan aja haha. Nama museum nya, Art of Temple Decoration. Dari nama nya udah ketebak isi nya apa, dan menariiik. Sayang banget nggak bisa keliling lama-lama, jadi hanya foto sekilas.

Akhirnya terkumpul semua, kira-kira 10 orang, kita mulai jalan. Yup literally jalan kaki. Tujuan pertama ke bank dulu karena Yasser ada keperluan, sekalian Salsa mau ambil uang juga. Tapi sayang banget uang nya salsa nggak bisa diambil, padahal kartu dia ada logo visa dan mastercard. Aku coba pakai kartu ku juga nggak bisa. Padahal ya untuk ngantisipasi hal ini, beberapa hari sebelum berangkat, aku udah make sure dateng ke bank dan mereka ngeyakinin kalau bakal bisa, nggak perlu khawatir.

Karena sudah siang dan pada Lelah, kita mutusin untuk istirahat di Café. Kata temen-temen ku Donutes café lumayan terkenal disitu. Okay we’ll try. Store nya ada di pojokan jalan, dari luar kelihatan kecil, tapi dia punya dua lantai dan lumayan bisa nampung banyak orang. Efisien banget cara penataan nya. Lalu kita turun ke bawah untuk pesen. Aku pilih tiramisu cake dan mango smoothies karena udara yang panas. Habis kira-kira 80an ribu rupiah. Harga nya standar untuk café, sama seperti di Indonesia. tapi jangan harap ya pelayanan nya sama, karena selain self services, juga nggak disediain stop kontak. padahal kalau ke cafe kan kita suka banget berlama-lama apalagi sambil main laptop. nitip nge charge di kasir nggak dibolehin, entah ya mungkin disana biaya listrik nya tinggi ?.

Pulang dari sana, kita balik ke hotel yang mana udah waktu nya check in. rombongan pada mandi di kamar ku dan salsa, terus mereka siap-siap untuk berangkat ke Taipei. Disini mulai pada galau, nggak ada anak Indonesia lagi yang bakal stay di Taichung, kecuali aku dan Salsa, sedangkan nanti saat balik ke Indonesia kita harus pindah kota untuk ke airport, agak riskan kalau kita berdua sendirian. Karena pas berangkat, kita ditemenin mas Agil. Mereka juga agak nggak tega untuk ninggalin kita disini. Akhirnya dibikin plan B gimana kalau kita ikut ke Taipei, rela in aja uang hotel yang udah di book di Taichung, nambah biaya untuk beli tiket kereta cepat ke Taipei yang mana harga nya hampir sama seperti 1 kamar hotel standar hehe, disana harus bayar untuk sewa hotel lagi yang harga nya lebih tinggi dari hotel Taichung. Ada opsi lain untuk gabung se kamar sama Rujvee (trainer dari India),atau mbak Widiya dll. Telpon mama papa, dan mereka nyuruh kita milih nyaman nya gimana. Akhirnya setelah pertimbangan matang dan berat hati, aku dan Salsa memutuskan untuk tetap tinggal di Taichung dengan segala konsekuensinya. Latihan jadi lebih berani dan mandiri, pasrah ke Allah😉

Sudah sore dan waktu nya nganterin mereka ke stasiun, tspi sebelumnya kita mampir mcd dulu (kelaperan siang makan cake doang), dan amazing nya beli makanan sebanyak itu Cuma pakai uang recehan di dompet. Haha. Ya karena uang recehan, nilai nya banyaak, beda sama di Indonesia. Habis-habisin tuh uang recehan nya, karena pas balik ke Indonesia, money changer pada nggak mau terima uang logam, hanya uang kertas. Setelah dari mcd, mampir ke Subway (fast food juga sama kyk MCD) untuk beli cookies. Penasaran pengen coba dan enaaaak, besar juga nggak abis-abis.

Karena waktu udah mepet, kita langsung nyebrang ke Taichung Station, yang deket banget sama hotel kita kira-kira jalan kaki 10 menitan. Dan ternyata pas sampai depan kereta, tinggal semenit lagi berangkat. Nggak sempet untuk farewell yang proper,dan berakhir nangis sedih kita sendirian disini. Bukanya lebay, kita juga nggak kepikiran bakal sesedih ini. Bukti nya dari awal fine-fine aja extend sendirian. Tapi pas udah disana, jauh dari orang tua, nggak ada temen, ada di kota yang punya abjad asing (nggak semua orang di jalan bisa Bahasa inggris), kalau emergency nggak tau mau telpon siapa, harus pindah kota tapi takut salah bus, dan pas itu maghrib jadi agak serem hampir malem. Yah bener-bener complicated.

Pulang dari stasiun, seriously untuk baca exit sign aja nggak bisa, jadi kita balik ke rute masuk tadi hehe. Untuk nenangin diri, kita beli bubble tea yang toko-toko nya banyak tersebar di pinggir jalan, kita asal aja milih dan enaak. Se botol besaaar itu kira-kira Cuma 15 ribuan lho.

Dari tempat bubble tea, kita mau beli tiket ke kantor Ubus untuk pindah kota besok, tapi karena takut salah aku ke resepsionis dulu minta ditulisin. Dan Alhamdulillah nya, Heidy anak asli Taipei yang ikut rombongan kereta tadi, dia balik lagi menuju ke hotel kita. Nggak tau gimana ceritanya, mas Agil telpon ngabarin itu. Dan sampai di hotel, Heidy udah beliin kita 2 tiket Ubus untuk besok ;”) baik bangeet, ya tetep diganti sih, tapi dia baik bangeet mau balik lagi ke Taichung untuk make sure klo kita nggak luntang-lantung;”) bahkan dia sempet khawatir kita di apa-apain orang karena muka pada bengep habis nangis ;”) setelah itu dia balik lagi ke Taipei.

Heidy pulang, itu kira-kira jam 7 malem, kita mikir nggak bisa nih sedih terus. Akhirnya kita memutuskan untuk belanjaaa :D cukup di sekitaran hotel aja, nggak perlu sampai naik bus, karena kebetulan hotel kita ini letaknya strategis pusat perbelanjaan dan oleh-oleh. Kita nge borong ber box-box kue khas Taiwan, tapi harus dipastikan dulu yaa kehalalan nya. Bisa googling ingredients nya, dan pilih jangan yang rasa daging, meski ayam. Aku pilih yang rasa buah-buah. Jangan lupa tanya ke penjual nya apa mengandung minyak babi atau nggak. Karena kemarin tuh ada yang rasa buah tapi tetep pakai gelatin dari babi. Supeeer hati-hati. Kelar belanja makanan, kita ke toko sepatu macam adidas, nike, buat beliin keluarga yang cowok, terus kita ke toko make up. Wah disini bener-bener kalap deh. Karena asia kan terkenal sama skincare yang bagus, marilah kita borong skincare. Toko nya yang dua lantai habis kita jelajahi, dan hasil nya beli masker ber pack-pack (beli banyak lebih murah), sampai masker mata, masker anti kerutan, masker untuk putih, masker biar lembab kita beli haha. Terus body scrub yang gel, yang cream dengan aroma macem-macem kita beli, shampoo yang lucu-lucu, bath gel, body cream, serum dan banyaak lagi. Hasilnya jadi berkeranjang-keranjang. Ini belanja terkalap sih. Tapi seriusan bukan buat diri sendiri, buat oleh-oleh. Pada seneng dikasih souvenirs skin care kyk gini, karena berguna bangeet. Yang aku pakai sendiri dirumah sih Cuma 2 biji hehe.

Ah tapi ada kejadian yang lumayan malu-maluin dan bikin tegang. Jadi belanja sebanyak itu, uang cash aku nggak cukup dan itu buat jaga-jaga perjalanan besok kan. aku mikir “tenang aja nanti kan bisa gesek pakai debit card”, dan ternyata setelah di coba beberapa kali nggak bisa lho debit ku. Di Hp ada aplikasi mobile banking, mau nya pakai kartu Salsa aja aku tinggal transfer kesana. Tapi dia nya lupa nomer rekening. Kita berusaha ngehubungin mama nya Salsa, dan itu udah jam 11 malam. Sales assistant nya udah rada kesel karena seharusnya mereka sudah tutup toko. Mau ambil di atm juga gaada mesin nya sekitar situ. Dan Alhamdulillah nya mama Salsa respon dan akhirnya bisaaa, lega bangeet. Kalau sampai gabisa, siapa mau bayar ber keranjang-keranjang ;”)

Pulang dari situ dengan bawaan super berat dan banyak haha, kita balik ke hotel. Toko-toko sudah pada tutup dan gelap, lumayan creepy kalau di maling. Sampai, langsung packing dan tidur.

Pagi-pagi sekali kita sudah bangun, nggak sempat sarapan dan langsung ke tempat bus. Alhamdulillah nggak telat, 5 menit lagi berangkat. Bye Taichung, until we meet again!

Next post: sampai di Taouyuan dan belanja di Singapore.